RISET DAN PENELITIAN MYCOTOXIN DAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA DI KECAMATAN JABUNG

Universitas Brawijaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di Indonesia. Universitas Brawijaya merupakan perguruan tinggi yang selalu memiliki ide gagasan dan inovasi guna mencetak generasi unggul yang akan siap terjun di masyarakat. Upaya Universitas Brawijaya dalam melahirkan generasi unggul adalah melalui program riset dan penelitian salah satunya dengan dana pendanaan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sebagai implementasi pengetahuan perkuliahan dalam kehidupan sehari- hari di masyarakat dan ikut serta menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi poin penelitian dan pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya melakukan penelitian dan riset di salah satu daerah yang berada di kabupaten Malang lebih tepatnya di Kecamatan Jabung. Program riset dan penelitian ini berkaitan dengan parasitologi dan toksikologi (mikotoksin) yang berfokus pada sapi perah yang berada pada Kecamatan Jabung.

Penelitian ini diketuai oleh tim dosen Siska Aditya, S.Pt., M.Anim.Sc., Ph.D, drh. Reza Yesica, M.Sc dan drh. Ida Bagus Gge Rama Wisesa. Beserta mahasiswa yang turut ikut menjalankan yakni Ageng Prasetyo, Amanda Harista Ramadani, Angie Felicia, Firda Aufa Salsabila, Irene Belinda, Kezia Ratih P.K.F., Lutfhi Annisa Kamal, Nabila Tariza Dheya, Mochammad Ittaqie Tafuzie, Muhammad Rabbani Bryan, Reza Andini, William A. Taolin, Zita Viera Pradnya Rahmadani.

Tim Dosen dan Tim Mahasiswa Penelitian Mycotoxin dan Parasitologi (Dokumentasi Pribadi, 2022)

Penelitian ini diketuai oleh tim dosen Siska Aditya, S.Pt., M.Anim.Sc., Ph.D, drh. Reza Yesica, M.Sc dan drh. Ida Bagus Gge Rama Wisesa. Beserta mahasiswa yang turut ikut menjalankan yakni Ageng Prasetyo, Amanda Harista Ramadani, Angie Felicia, Firda Aufa Salsabila, Irene Belinda, Kezia Ratih P.K.F., Lutfhi Annisa Kamal, Nabila Tariza Dheya, Mochammad Ittaqie Tafuzie, Muhammad Rabbani Bryan, Reza Andini, William A. Taolin, Zita Viera Pradnya Rahmadani.

Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies jamur yang apabila dikonsumsi dapat menimbulkan beberapa bahaya hingga kerugian bagi peternak. Salah satu mikotoksin yang sering terdapat dalam pakan ternak adalah aflatoksin. Aflatoksin dapat dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus, Aspergillus parasiticus, dan Aspergillus nomius. Aflatoksin merupakan senyawa yang toksik dan dapat menginduksi terjadinya kanker. Jenis aflatoksin yang diteliti adalah Aflatoksin M1 (AFM1). Aflatoksin M1 merupakan derivat monohidroksi dari Aflatoksin B1 setelah konsumsi pakan yang tercemar aflatoksin yang dapat ditemukan dalam susu. Sampel yang diambil berupa sampel susu dan sampel darah yang akan diambil serumnya. Serum yang telah diambil akan dilakukan analisis biokimia darah. Hasil dari analisis biokimia darah digunakan untuk evaluasi kesehatan dari sapi perah yang berkaitan dengan cemaran aflatoksin. Sampel susu diuji menggunakan metode ELISA untuk diketahui kadar dari Aflatoksin M1. Batas ambang residu Aflatoksin M1 di Indonesia masih terbilang cukup tinggi dibandingkan negara lain yaitu sebesar 500 ng/L atau 0,5 ppb dalam susu dan produk susu yang dimuat dalam SNI 7385-2009 dan Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011. Hal tersebutlah yang melatar belakangi kami untuk melakukan penelitian terkait cemaran mikotoksin khususnya aflatoksin pada pakan ternak yang dapat dilihat kadarnya melalui sampel susu. Selain itu juga dievaluasi parameter kimia darah untuk mengetahui pengaruhnya dari level cemaran Aflatoksin M1.

Pengambilan sampel dan pengukuran BCS sapi

Untuk pemeriksaan endoparasit pada sapi, seperti protozoa dan parasit darah, digunakan sampel darah. Seluruh sampel dilakukan pemeriksaan ulas darah untuk mengetahui adanya keberadaan parasit darah, yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop perbesaran 1000x dengan menggunakan minyak imersi. Seluruh sampel darah selanjutnya diuji menggunakan uji molekuler Polymerase Chain Reaction (PCR) yang diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan pemeriksaan mikroskopis. Metode ini diketahui mampu mendeteksi infeksi protozoa dan parasit darah sejak dini, sehingga diharapkan dapat mendeteksi keberadaan parasit darah sebelum munculnya gejala dan mengetahui hewan yang bersifat carrier. Uji PCR selanjutnya diuji menggunakan elektroforesis untuk mengetahui hasil kualitas amplifikasi yang dilakukan melalui metode PCR.

Pemeriksaan ELISA pada susu

Pemeriksaan Ektoparasit pada sapi perah dilakukan dengan dua metode yakni metode Conventional dan metode Modern. Untuk metode conventional dilakukan dengan Mounting dan Juga Pinning sedangkan Metode utamanya yakni metode modern dengan Scanning Electron Microscope merupakan metode pengamatan yang dianggap sebagai suatu metode yang efektif dalam analisis bahan organik dan anorganik pada skala nanometer hingga mikrometer (µm). Scanning Electron Microscope (SEM) bekerja pada perbesaran tinggi mencapai 300.000 kali dan bahkan 1.000.000 kali. Hasil gambar spesimen dari Scanning Electron Microscope (SEM) yang didapat akan dilanjut dengan analisis morfometri dengan menggunakan aplikasi “ImageJ”. Analisa morfometri atau morphometric data analysis ini bertujuan untuk mengetahui anatomi, ukuran ektoparasit secara kuantitatif, serta ciri khas spesimen ektoparasit. Hasil pemeriksaan positif ektoparasit dan endoparasit dilakukan pemetaan untuk mengetahui persebaran penyakit parasitisme. Pemetaan dilakukan berdasarkan koordinat lokasi peternakan. Peta dibuat menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 10 (ZV).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *